Bangun pukul 4 pagi, berhubung masjid terdekat adanya di pantai Baron jadi solat berjamaahnya di kamar saja. Mumpung bisa bangun pagi, saatnya ke pantai Kukup berharap bisa menikmati sunrise.
Suasana pantai yang masih sepi sepertinya memberikan kita kesempatan mengeksplorasinya lebih bebas. Hampir sama dengan pantai Nguyahan dan pantai Ngobaran, pantai ini juga banyak ditumbuhi alga hijau yang menghiasi pantai.
Tak lama berselang, sunrise di pantai ini pun akhirnya tiba. Menyajikan pemandangan alam yang sangat jarang saya temui.

Golden Sunrise

Matahari mulai menyinari pantai Kukup
Mari kita mengarah ke barat pantai ini. Suasana sepi membuat saya seperti sedang terdampar di pulau terasing. Keindahan yang disuguhkan menjadikan kita bisa betah berlama-lama di sini.

Sepertinya sudah ada yang mendahului saya

Bebatuan yang ditumbuhi alga hijau akan selalu menemani kita di sini.
Menatap seluruh kawasan pantai ini bisa dinikmati dari atas bukit yang ada di bagian barat pantai ini. Mari mendaki sejenak. Pemandangan yang disajikan sepertinya jauh terbayarkan dengan sedikit perjuangan pendakian tadi.

Arah timur bukit

Arah barat bukit
Cukup lama berada di atas bukit. Selanjutnya kita akan mengeksplorasi bagian timur dari pantai ini. Tak bisa lagi menjelaskannya dengan kata-kata. Biarkanlah foto bercerita sejenak.

Bukan narsis akut hanya sebagai bukti pernah ke sini, itu saja 😀
Penasaran dengan apa yang ada di ujung timur pantai ini. Bertiga mulai menyusuri bibir pantai dengan sesekali menghindari genangan air yang cukup dalam. Dengan perjuangan basah-basahan sedikit, di sini kita menemukan pantai sepi dengan pasir putihnya. Mungkin bisa dikatakan sebagai private beach di pantai Kukup.

“Private beach” at Kukup
Tergoda merasakan sejuknya air laut. Pak kadar dan kang Agus memilih untuk lebih mendekatkan diri dengan air laut. Saya cukup menikmati suasananya dari pingggir pantai saja.

Menikmati kolam kecil air laut
Semakin siang ombak besar juga mulai semakin mendekat. Saatnya kembali ke penginapan melalui pesisir pantai lagi. Namun baru beberapa meter saja meninggalkan pantai. Ombak besar berturut-turut membasahi seluruh badan. Alhasil semua gadget yang saya bawa di tas sukses kerendam air laut. Beruntung kamera di tangan masih selamat. Ternyata keraguan saya sebelumnya terjawab sudah. 😥 Ya sudah, hanya bisa ikhlas semoga nantinya diganti dengan yang lebih baik.
Melihat kemungkinan pulang lewat pesisir cukup mustahil. Jalan satu-satunya hanya melewati kebun-kebun penduduk hingga naik ke atas bukit kemudian turun lagi hingga akhirnya ketemu lagi dengan keramaian yang sudah mulai tampak di pantai Kukup. Cukup menguras tenaga.
Sepanjang jalan menuju penginapan, banyak pedagang yang sudah mulai buka usahanya. Kalau sedang berada di Kukup, rasanya wajib mencicipi cemilan khas pantai ini. Alga hijau atau rumput laut jenis Ulva yang dijadikan keripik rumput laut. Gurih dan mantap. Saya hanya beli ½ kg saja untuk oleh-oleh dengan mahar Rp15.000,-. Murah bukan.
Tiba di penginapan, saatnya mandi dan menjemur semua yang basah. Dan tanpa sadar sembari mengunggu solat jum’at di pantai Baron nantinya kembali terlelap di kasur yang cukup empuk ini. Cukup untuk menyiapkan tenaga untuk pantai berikutnya. To be continued…
Pantai Kukup on Google Maps
mantap RR nya Om,
jadi pengen kesana lagi, pantai pesisir Gunung Kidul memang gak ada dua nya, gak bakalan bosen buat kesana lagi 😀
thx om 🙂
pesisir gunung kidul emang mantap
pengen kesana lagi suatu saat
masih banyak tempat yang belum dijelajahi
wah, lokasi dan pantainya asyik juga nih untuk di kunjungi…thanks for sharing
pantai sekitaran gunung kidul asik2 mas