Begitu cepatnya arus informasi di media sosial cukup manjadikan kawasan ini ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Tebing keraton menjadi begitu fenomenal di kalangan warga Bandung juga para traveler luar kota. Menyajikan panorama spektakuler dari ketinggian yang menghadap langsung hutan pinus Taman Juanda dengan gunung Tangkuban Parahu menjadi latar yang menjadikannya begitu sempurna.
Rasa penasaran yang begitu kuat sudah tidak bisa dibendung lagi. Karena cukup dekat dari tempat tinggal, jadi berangkat setelah solat Subuh saja. Hati yang tenang awal dari lancarnya perjalanan.
Menembus udara yang cukup dingin menuju arah Tahura (Taman hutan raya) Juanda Dago Pakar ditemani istri yang memeluk erat dari belakang.
Berbeda dengan Tahura dengan petunjuk arah yang sudah sangat jelas. Tebing Keraton nyaris tanpa petunjuk jalan namun bukan berarti sulit menemukannya. Dari Taman Juanda ke arah utara kemudian belok kanan pada persimpangan pertama. Ikuti terus jalur utama hingga melewati Warung Bandrek kemudian belok kiri pada pertigaan berikutnya. Tanjakan dengan jalan yang cukup rusak menuntut keterampilan berkendara yang memadai. Hingga akhirnya sampai di perkampungan dengan satu-satunya petunjuk mengarah ke sebelah kiri. Jalan yang semakin sempit hanya cukup untuk dilewati satu mobil.
Tidak jauh dari persimpangan terakhir, siapkan lima ribu rupiah untuk biaya masuk motor. Dari pos ini pemandangan atas bukit sudah bisa dinikmati. Hanya sekitar 5 menit lagi menuju sang primadona.
Ternyata bukan hanya saya yang berpikir indahnya menikmati kawasan ini pagi hari. Deretan motor sudah berbaris rapi di sisi jalan. Mobil juga sudah memenuhi lapangan kecil di antara rumah warga.
Jika dulu masuk ke Tebing Keraton bisa gratis, saat ini akan dikenakan tarif sesuai dengan tiket masuk Taman Hutan Raya Juanda, sebelas ribu rupiah saja. Karena kawasan ini termasuk dalam wilayahnya. Tiket tersebut juga menjadi tiket masuk ke Taman Juanda yang berlaku satu hari melalui semua gerbang masuk. Namun terasa cukup mahal dengan minimnya prasarana dan fasilitas keselamatan bagi yang hanya ingin menikmati tebing ini saja.
Benar saja, pagi ini suasana sudah cukup ramai. Bidang yang sempit dan saling berhimpitan di ujung tebing bukan pilihan yang harus diambil. Hanya bisa pasrah menikmati dari belakang kerumunan massa.
Tenang, tetap bisa menikmati walau suasananya lebih sedikit meriah. Hutan yang diselimuti kabut hingga sunrise semua tersedia di sini. Pantas saja begitu fenomenal, pemandangannya juara.
Walau tidak bisa menginjakkan kaki di ujung tebing yang menjadi spot paling populer itu, foto berlatar gunung kebanggaan Jawa Barat ini sudah cukup menjadi penutup pagi yang menyenangkan.
Info terakhir yang didapat dari warga yang menjadi tukang parkir dadakan itu, pagi dan sore hari selalu penuh pengunjung walau hari kerja sekalipun. Hanya saat siang hari kondisi jadi sedikit lebih lengang. Mungkin akan terus begitu sampai beberapa bulan kedepan.
Rute Terminal Dago – Tebing Keraton
tebing keraton ini berarti terusannya gunung batu sesar lembang di cikole ya? sepertinya masih lempeng geologi yang sama..
kalau ini saya kurang tau kak
belum nemu info geologi tentang Tebing Keraton ini.
kayaknya iya, kak. ini kayak terusannya lempeng yang di cikole lembang itu. (baru lihat buku wisata bumi cekungan bandung), kan lembang dago deket 🙂 sesar lembang berujung di gunung manglayang ditulisnya..
bisa jadi kak. kalau dari jarak cukup dekat. cuma sekitar 2,5 KM.
Dan jika ditarik garis lurus dari Lembang ke gunung Manglayang juga melewati daerah ini.
Btw, beli buka wisata bumi cekungan bandung dimana kak? gak pernah nemu di toko buku 😀
aku belinya udah lama, kak. 2 tahunan yang lalu pas mau jelajah cekungan bandung. coba cari info di pak bachtiarnya di geologi itb deh.
tapi kayaknya di rumah buku supratman sempet ada juga tuh..
ok kak.thanks infonya
nanti mau cari di rumah buku dulu. mumpung dekat rumah
semoga saja para pengunjung bisa menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar tebing.
Masyarakat kita biasanya doyan buang sampah sembarangan di tempat wisata gini… meski di atas gunung sekalipun 😦
Masyarakat kita memang susah kak
bahkan tempat sampah sudah tersedia tetap buang sampah sembarangan.
Dan sudah mulai tampak di kawasan ini 😦
Perlunya edukasi peduli lingkungan sejak dini.
Beuh! Cakep bgt, bang. Tapi males bgt bayar Rp 11.000 hahaha. Lebih murah ke Punclut atau Bukit Moko 😀
Begitulah Nug. Mumpung lagi tenar. Kesempatan buat pasang tarif. 😀
Saya juga lebih suka di Moko. view pagi harinya hampir sama kok.
biasanya cuma berdua sama istri di sana
Emang Moko itu dimana Bang Hendri? aku belum tau
Lebih ke atas dari Caringin tilu (cartil). Moko dikenal juga dengan nama Warung Daweung.
https://advjourney.com/2012/02/08/warung-daweung-negeri-di-atas-awan/
ah belum pernah wisata ke bandung.. kalo sekadar mampir spbu atau makan pernah..
untung jogja punya puncak suroloyo yang nggak kalah ciamik.. 😀
Bang, kok gw ga liat ada motor matic parkir di foto di atas. Nanjak banget ya? : D
Wah indah sekali… tapi kalo masuk cesar Lembang….bahaya gak ya? tapi tenang aja… Kami juga di Lembang tetap tenang … semuanya kuasa Tuhan…
Salam Kenal…
Pingback: RAMAINYA PAGI DI TEBING KERATON·
Pingback: Foto Selfie Di Tebing Keraton Bandung - caritabisnis.com·